Laman

Sabtu, 29 Oktober 2011

Petik Laut Branta Pesisir

 Masyarakat nelayan Branta Pesisir, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Kamis melakukan "larung sesaji" ke tengah laut sebagai bentuk ritual selamatan laut dari para nelayan di wilayah itu.


Menurut Panitia Petik Laut Haji Fadhli, larung sesaji dilakukan para nelayan sebagai perlambang kebersamaan dikalangan para nelayan dan sebagai bentuk rasa syukur para nelayan atas rizki yang diterima dari hasil laut. Nilai filosofisnya adalah bentuk rasa syukur para nelayan. Larung sesaji oleh para nelayan ini ditempatkan disebuah "bitek" yakni perahu kecil terbuat dari pohon pisang dan didalamnya berisi berbagai jenis makanan. Namun bitek yang dibuat para nelayan di Desa Branta Pesisir ini berbeda dengan jenis bitek biasa digunakan larung sesaji pada umumnya, yakni terbuat dari kayu. Sehingga terlihat lebih menarik, karena bitek ini persih seperti miniatur perahu mesin motor yang digunakan para nelayan "kardan" di pesisir pantai Desa Branta.

Sebelum bitek dilarung, masyarakat menggelar doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat dengan harapan upaya akan menambah penghasilan tangkapan nelayan dimasa mendatang. Bau kemenyan dan kembang tujuh rupa seolah menambah suasana doa masyarakat nelayan ini semakin hikmat. Semua jenis sesajen didalam bitek mengandung nilai filosofis kehidupan sehari-hari. Kembang tujuh rupa melambangkan jumlah hari dalam seminggu. "Dan kembang itu kan harum, maksudnya kita berharap agar kehidupan senantiasa bermanfaat, memberikan rasa kepada sesama. Sedangkan, ikan ayam dengan telornya yang juga ditaruh dalam bitek untuk dilarung, memiliki makna kehidupan manusia harus senantiasa memiliki visi ke depan yang kuat.

Pemikiran suci dengan tidak memandang dari mana kebenaran itu berasal. Ada pepatah menyatakan, "Walaupun dari tubur ayam, tapi itu telor, silahkan saja ambil. Sebaliknya, walaupun itu dari manusia, tapi berupa "telek" (kotoran) maka tidak perlu kita perhatian". Jika difahami secara mendalam, katanya, sebenarnya tidak semua tradisi dan budaya leluhur di Madura ini jelek, meskipun pada satu sisi ada menganggap tradisi larung sesaji ini sebagai perbuatan 'menyimpang'. Usai melakukan doa bersama, masyarakat nelayan mengarak bitek yang berisi beragam jenis makanan tersebut keliling kampung, sebelum akhirnya dilarung ke tengah laut.

Selain memang sudah menjadi tradisi, jenis kegiatan petik laut oleh masyarakat pesisir ini juga mengandung unsur budaya, karena dalam rangkaian kegiatan acara petik yang ditampilkan semua jenis kesenian tradisional Madura. Bahkan, kata bupati, tradisi petik laut ini bisa menjadi wisata budaya tersendiri di Madura yang diharapkan nantinya bisa menarik para wisatawan luar untuk datang ke Madura, khususnya di Pamekasan. Apalagi kalau di Branta itu kan juga ada unsur olahraga yakni lomba dayung diikuti oleh semua nelayan.

Ada beberapa rangkaian kegiatan yang digelar masyarakat pesisir Desa Branta, Kecamatan Tlanakan dalam kegiatan petik laut antara lain pementasan musik tradisional Madura, pagelaran ludruk semalam suntuk dengan lakon "Marsodo" yakni kisah sukses seorang nelayan pemancing di jaman dulu kala, serta lomba perahu dayung yang diikuti semua nelayan. Pada bagian akhir rangkat petik laut, dipentaskan pagelaran tayup sinden, serta larung sesaji ke tengah laut oleh semua nelayan yang ada di desa itu.
Masyarakat nelayan Branta Pesisir, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Kamis melakukan “larung sesaji” ke tengah laut sebagai bentuk ritual selamatan laut dari para nelayan di wilayah itu.

Sumber: http://trackingnews.info/tradisi-larung-sesaji-petik-laut-di-madura.html
Masyarakat nelayan Branta Pesisir, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Kamis melakukan “larung sesaji” ke tengah laut sebagai bentuk ritual selamatan laut dari para nelayan di wilayah itu.

Sumber: http://trackingnews.info/tradisi-larung-sesaji-petik-laut-di-madura.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar